Selasa, 01 Juli 2014

Dimanakah sumber kebahagiaan? Di dalam diri atau di luar diri kita kah?



        Kebahagiaan seringkali diidentikan dengan memiliki uang yang melimpah, memiliki mobil mewah, rumah yang besar, dan lain sebagainya yang bersifat materi. Namun apakah benar dengan memiliki semua itu akan memberikan jaminan kebahagiaan pada kita? Menurut saya pribadi tidak!
          “Ada suatu cerita tentang orang kaya raya yang hidupnya tidak bahagia dan orang sederhana yang hidupnya bahagia. Si orang kaya yang hidupnya diliputi oleh harta yang bergelimpangan dimana-mana, mobil mewah yang banyak,memiliki saham di beberapa perusahaan ternama. Namun saat ditanya apakah hidupnya sudah bahagia? Ternyata orang kaya ini menjawab “tidak sama sekali”. Ia menjelaskan betapa hidupnya sangat jauh dari kebahagiaan saat ini, ia jadi tidak bisa tidur nyenyak sepanjang hari akibat banyaknya urusan pekerjaan yang selalu menggelayuti pikirannya, pekerjaan yang dijalaninya jadi terasa rumit untuk diselesaikan karena kurangnya istirahat, hubungan rumah tangga yang tidak intim karena kurangnya komunikasi yang intens, tidak memiliki waktu luang untuk dihabiskan bersama dengan keluarga, dan yang lebih parahnya lagi ia selalu merasa kurang atas apa yang telah ia milikinya. Namun berbeda dengan orang sederhana ini yang hidupnya jauh lebih baik daripada si kaya, saat ditanyakan apakah hidupnya saat ini sudah bahagia? Dengan senyuman yang penuh dengan keceriaan orang ini menjawab “Tentu, saya saat ini bahagia sekali”. Saat ditanya mengapa, si sederhanapun menjawab bahwa ia bisa berbahagia dengan sepenuhnya karena meskipun hidupnya cukup (tidak berlebihan dan tidak kekuragan) tapi ia selalu dapat mencurahkan segenap waktunya yang berkualitas untuk selalu ada bersama keluarga, kedekatan yang begitu harmonis dengan keluarga, dan yang menjadi kunci utamanya ia selalu mensyukuri nikmat tuhan atas segala karunia yang diberinya, ia selalu bersyukur atas segala hal yang telah di milikinya saat ini.
Dari cerita tersebut bukan berarti kita tidak boleh menjadi kaya atau tidak boleh menargetkan untuk menjadi orang kaya raya dimasa yang akan datang nanti. Tentu boleh, hanya saja janganlah letakkan kebahagiaan kita  pada materi. Mengapa? Ya, karena apabila kita meletakkan kebahagiaan pada materi yang melimpah semata, hal ini justru akan membuat anda semakin merasa gelisah dan tertekan nantinya, karena cenderung seseorang yang meletakkan kebahagiaannya pada materi semata, ia tak akan pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatkannya. Analoginya adalah seperti ini “katakanlah si A memiliki pemikiran dengan memiliki smartphone baru pasti ia akan bahagia. Setelah si A berhasil membeli smartphone baru memang rasa senang meliputi dirinya, tapi hanya beberapa saat saja, namun seiring berjalannya waktu ia mulai kehilangan rasa senangnya, ia mulai bosan terhadap smartphone yang ia miliki itu dan mulai memiliki angan-angan baru untuk membeli andoid baru yang jauh lebih canggih. Setelah keinginannya untuk membeli android itu terpenuhi ia kembali melirik handphone canggih lainnya lagi dan beranggapan akan bahagia kalau-kalau dapat membelinya. ia belum akan merasa puas sebelum keinginannya itu terwujud. Sampai seterusnya”.
Dari keinginan-keinginan yang tiada habisnya ini-lah seseorang akan merasa hidupnya serba merasa kekurangan dan timbulnya dorongan-dorongan dalam diri yang senantiasa menuntut untuk dipenuhi yang padahal tak ada habisnya, orang yang seperti ini tidak akan pernah merasakan kebahagiaan karena ia tidak akan pernah merasa puas sebelum kebutuhan materinya itu terpenuhi.

Nah, kalau begitu dimanakah letak kebahagiaan yang sebenarya berada? Berdasarkan cerita di atas sangatlah jelas bahwa kebahagiaan itu bukanlah pada harta benda yang bersifat materi, tapi lebih tepatnya lagi kebahagiaan merupakan suatu keadaan yang hanya bisa didapatkan dari dalam diri sendiri. Pada dasarnya manusia memang selalu memiliki keinginan-keinginan untuk memenuhi kebutuhan materi nya. Wajar saja karena kita saat ini hidup di dalam era dimana kehidupan sudah sangat serba canggih, dimana orang-orang memiliki mobil mewah, dimana iklan menawarkan produk-produk terbarunya. Hal ini-lah yang senantiasa menimbulkan setitik rasa keinginan di dalam diri yang senantiasa akan selalu menuntut untuk dipuaskan. Tapi jelas sekali, dengan terus membiasakan terpenuhinya keinginan-keinginan materi semata hanya akan membuat kita menjadi manusia yang serba kekurangan yang pada initi nya akan membuat kita gelisah bukan bahagia.
Maka dari itu, mulailah untuk mulai mensyukuri segala hal yang telah kita miliki saat ini, apapun itu! Mulai-lah dari yang paling kecil, yang padahal nilainya sangat-lah besar bagi kehidupan kita. Contohnya tidak perlu memikirkan berbagai hal yang rumit. Lalu apa?  Benafas! Inilah nikmat tuhan yang begitu besar yang seringkali kita menyepelekannya, kita seringkali tidak mensyukuri nikmat yang satu ini, padahal betapa pentingnya unsur yang satu ini di dalam kehidupan. Sekarang coba-lah bayangkan, apakah mungkin kita dapat hidup tanpa bernafas? Jelas tidak! Kita mendapatkan nikmat bernafas ini sejak dari kita lahir hingga saat ini, dimanapun dan kapanpun kita bisa menghirupnya. Lalu mengapa kita tidak mensyukuri nikmat yang begitu besar ini?
Jadi, pada intinya kebahagiaan itu merupakan suatu keadaan dimana kita bisa mendapatkannya hanya dari dalam diri sendiri, dari relung jiwa yang  abadi, serta dari keadaan spiritual kita yang sehat. Banyak-banyaklah mensyukuri atas segala hal yang ada di sekitar kita, siapa tau di sana-lah sumber kebahagiaan kita berada.