Kebahagiaan seringkali
diidentikan dengan memiliki uang yang melimpah, memiliki mobil mewah, rumah
yang besar, dan lain sebagainya yang bersifat materi. Namun apakah benar dengan
memiliki semua itu akan memberikan jaminan kebahagiaan pada kita? Menurut saya
pribadi tidak!
“Ada suatu cerita tentang orang kaya raya yang hidupnya
tidak bahagia dan orang sederhana yang hidupnya bahagia. Si orang kaya yang
hidupnya diliputi oleh harta yang bergelimpangan dimana-mana, mobil mewah yang
banyak,memiliki saham di beberapa perusahaan ternama. Namun saat ditanya apakah
hidupnya sudah bahagia? Ternyata orang kaya ini menjawab “tidak sama sekali”.
Ia menjelaskan betapa hidupnya sangat jauh dari kebahagiaan saat ini, ia jadi
tidak bisa tidur nyenyak sepanjang hari akibat banyaknya urusan pekerjaan yang
selalu menggelayuti pikirannya, pekerjaan yang dijalaninya jadi terasa rumit
untuk diselesaikan karena kurangnya istirahat, hubungan rumah tangga yang tidak
intim karena kurangnya komunikasi yang intens, tidak memiliki waktu luang untuk
dihabiskan bersama dengan keluarga, dan yang lebih parahnya lagi ia selalu
merasa kurang atas apa yang telah ia milikinya. Namun berbeda dengan orang
sederhana ini yang hidupnya jauh lebih baik daripada si kaya, saat ditanyakan
apakah hidupnya saat ini sudah bahagia? Dengan senyuman yang penuh dengan
keceriaan orang ini menjawab “Tentu, saya saat ini bahagia sekali”. Saat
ditanya mengapa, si sederhanapun menjawab bahwa ia bisa berbahagia dengan
sepenuhnya karena meskipun hidupnya cukup (tidak berlebihan dan tidak
kekuragan) tapi ia selalu dapat mencurahkan segenap waktunya yang berkualitas untuk
selalu ada bersama keluarga, kedekatan yang begitu harmonis dengan keluarga,
dan yang menjadi kunci utamanya ia selalu mensyukuri nikmat tuhan atas segala
karunia yang diberinya, ia selalu bersyukur atas segala hal yang telah di
milikinya saat ini.
Dari
cerita tersebut bukan berarti kita tidak boleh menjadi kaya atau tidak boleh
menargetkan untuk menjadi orang kaya raya dimasa yang akan datang nanti. Tentu
boleh, hanya saja janganlah letakkan kebahagiaan kita pada materi. Mengapa? Ya, karena apabila kita
meletakkan kebahagiaan pada materi yang melimpah semata, hal ini justru akan
membuat anda semakin merasa gelisah dan tertekan nantinya, karena cenderung
seseorang yang meletakkan kebahagiaannya pada materi semata, ia tak akan pernah
merasa puas dengan apa yang telah didapatkannya. Analoginya adalah seperti ini
“katakanlah si A memiliki pemikiran dengan memiliki smartphone baru pasti ia
akan bahagia. Setelah si A berhasil membeli smartphone baru memang rasa senang
meliputi dirinya, tapi hanya beberapa saat saja, namun seiring berjalannya
waktu ia mulai kehilangan rasa senangnya, ia mulai bosan terhadap smartphone
yang ia miliki itu dan mulai memiliki angan-angan baru untuk membeli andoid
baru yang jauh lebih canggih. Setelah keinginannya untuk membeli android itu
terpenuhi ia kembali melirik handphone canggih lainnya lagi dan beranggapan
akan bahagia kalau-kalau dapat membelinya. ia belum akan merasa puas sebelum
keinginannya itu terwujud. Sampai seterusnya”.
Dari
keinginan-keinginan yang tiada habisnya ini-lah seseorang akan merasa hidupnya serba
merasa kekurangan dan timbulnya dorongan-dorongan dalam diri yang senantiasa
menuntut untuk dipenuhi yang padahal tak ada habisnya, orang yang seperti ini
tidak akan pernah merasakan kebahagiaan karena ia tidak akan pernah merasa puas
sebelum kebutuhan materinya itu terpenuhi.
Nah, kalau begitu
dimanakah letak kebahagiaan yang sebenarya berada? Berdasarkan cerita di atas
sangatlah jelas bahwa kebahagiaan itu bukanlah pada harta benda yang bersifat
materi, tapi lebih tepatnya lagi kebahagiaan merupakan suatu keadaan yang hanya
bisa didapatkan dari dalam diri sendiri. Pada dasarnya manusia memang selalu
memiliki keinginan-keinginan untuk memenuhi kebutuhan materi nya. Wajar saja
karena kita saat ini hidup di dalam era dimana kehidupan sudah sangat serba
canggih, dimana orang-orang memiliki mobil mewah, dimana iklan menawarkan
produk-produk terbarunya. Hal ini-lah yang senantiasa menimbulkan setitik rasa
keinginan di dalam diri yang senantiasa akan selalu menuntut untuk dipuaskan.
Tapi jelas sekali, dengan terus membiasakan terpenuhinya keinginan-keinginan
materi semata hanya akan membuat kita menjadi manusia yang serba kekurangan
yang pada initi nya akan membuat kita gelisah bukan bahagia.
Maka
dari itu, mulailah untuk mulai mensyukuri segala hal yang telah kita miliki
saat ini, apapun itu! Mulai-lah dari yang paling kecil, yang padahal nilainya
sangat-lah besar bagi kehidupan kita. Contohnya tidak perlu memikirkan berbagai
hal yang rumit. Lalu apa? Benafas!
Inilah nikmat tuhan yang begitu besar yang seringkali kita menyepelekannya, kita
seringkali tidak mensyukuri nikmat yang satu ini, padahal betapa pentingnya
unsur yang satu ini di dalam kehidupan. Sekarang coba-lah bayangkan, apakah
mungkin kita dapat hidup tanpa bernafas? Jelas tidak! Kita mendapatkan nikmat
bernafas ini sejak dari kita lahir hingga saat ini, dimanapun dan kapanpun kita
bisa menghirupnya. Lalu mengapa kita tidak mensyukuri nikmat yang begitu besar
ini?
Jadi,
pada intinya kebahagiaan itu merupakan suatu keadaan dimana kita bisa
mendapatkannya hanya dari dalam diri sendiri, dari relung jiwa yang abadi, serta dari keadaan spiritual kita yang
sehat. Banyak-banyaklah mensyukuri atas segala hal yang ada di sekitar kita,
siapa tau di sana-lah sumber kebahagiaan kita berada.