Kamis, 31 Desember 2015

Komunikasi Dalam Manajemen

I. Komunikasi Dalam Manajemen
A. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah:
a. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid).
b. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
c. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981).
d. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W)
e. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).

B. Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai kompenen dasar sebagai berikut:
a. Pengirim pesan
b. Penerima pesan
c. Pesan
Semua manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Diagram 1 : Proses Komunikasi
a. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
- Informasi
- Ajakan
- Rencana kerja
- Pertanyaan dan sebagainya
- Simbol atau Isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
- Media atau Penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan sebagainya.
- Mengartikan kode atau Isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti atau dipahaminya.
b. Penerima Pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
- Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
- Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.

3. Hambatan Komunikasi
a. Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian atau simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
b. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
c. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
d. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

II. Definisi Komunikasi Interpersonal yang Efektif
Komunikasi interpersonal efektif dalam organisasi mencakup componential & situational, yaitu :
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat menentukan efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan atau perintah antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan dengan atasan (upward communication), maupun antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning). Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.

III. Model Pengolahan Informasi
Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya
Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1.      Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya:
Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.
2.      Limited capacity
3.       Expert
4.       Cybernetic

IV. Model Interaktif Management dalam Komunikasi
1.      Confidence

Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.

2.      Immediacy

Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan

3.      Interaction management

Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan

4.      Expressiveness

Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.

5.      Other-orientation

Sumber :

https://ajengjiwapangestu.wordpress.com/2014/01/15/komunikasi-dalam-manajemen/

http://amenaalatas.blogspot.co.id/2015/01/komunikasi-interpersonal-efektif.html

Minggu, 22 November 2015

Mengendalikan fungsi manajemen serta kekuasaandan pengaruh

1. Mengendalikan fungsi manajemen

Pengertian Controlling (mengendalikan)
Pengendalian manajemen adalah semua usaha perusahaan yang mencakup metode, prosedur dan strategi perusahaan yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas operasional perusahaa, agar dipatuhinya kebijakan manajemen serta tercapainya tujuan perusahaan.

Langkah-langkah controlling
- Menentukan standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar pengendalian
- Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai
- Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada
- Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai
   dengan rencana

Tipe-tipe controlling dalam manajemen
a) Pengendalian dari dalam organisasi (kontrol internal) :
    Pengendalian yang dilakukan oleh aparat atau unit pengendalian yang dibentuk dari dalam
    organisasi itu sendiri (dalam satu atap). Aparat atau unit pengendalian ini bertugas
    mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan untuk melihat dan menilai
    kemajuan atau kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. selain itu pimpinan dapat mengambil
    suatu tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya
    (internal control), misalnya unit kerja Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan di tingkat
     departemen.

b) Pengendalian luar organisasi (kontrol eksternal) :
    Pengendalian yang dilakukan oleh aparat atau unit Pengendalian dari luar organisasi terhadap
    departemen atas nama pemerintah. Selain itu pengawasan dapat pula dilakukan oleh pihak luar
    yang ditunjuk oleh suatu organisasi untuk minta bantuan pemeriksaan terhadap organisasinya.
    Misalnya Konsultan pengawas, Akuntan swasta dan sebagainya.

c) Pengendalian preventif :
    Pengendalian yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. maksud pengendalian preventif
    adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan.

d) Pengendalian represif :
    Pengendalian yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud dilakukannya
    pengendalian represif adalah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaanagar hasilnya
    tidak menyimpang dari yang telah direncanakan (dalam pengendalian anggaran disebut post-
    audit).

Membuat strategi Controlling untuk organisasi
Menurut Kadarman (2001, hal.161) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
1. Menetapkan standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur merancang pengawasa, maka secara logis hal ini berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
2. Mengukur kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.
3. Memperbaiki penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

2. Kekuasaan dan pengaruh

Kekuasaan
Pengertian kekuasaan: Kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.

Sumber-sumber kekuasaan
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench
   dan Bentram Raven, yaitu :

1. Kekuasaan menghargai (reward power) : kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang
    pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk
    melaksanakan perintah (bonus sampai senioritas atau persahabatan).

2.Kekuasaan memaksa (coercive power) : kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk
   menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan (teguran
   sampai hukuman).

3. Kekuasaan sah (legitimate power) : Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau
    aturan yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak
    menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.

4.Kekuasaan keahlian (expert power) : Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan
   bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak
   dimiliki oleh orang yang dipengaruhi (professional atau tenaga ahli).

5.Kekuasaan rujukan (referent power) : Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
   yang didasarkan pada identifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang
   dipengaruhi (kharisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).

Pengaruh
Pengaruh Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.

Pengaruh taktik dalam organisasi
Taktik-taktik mempengaruhi (influence tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan, setingkat, atau
bawahannya. dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi
dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak
menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.
Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa digunakan
orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982). berbagai alat ukur telah dibuat
untuk meneliti taktik mempengaruhi dan salah satu yang yang terbaik adalah yang dibuat oleh
Yuki dkk, yaitu yang disebut influence Behavior Questionnaire (Yuki, Lespinger, and lucia, 1992).
Hasil penelitian Yuki dkk, menunjukan ada sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam
organisasi (Hugheset all, 2009), yaitu :
1. Persuasi Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
     dengan
     menggunakan alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
2. Daya-tarik inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang
     lain
     dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau
     gairah pada orang lain.
3. Konsultasi (Konsultation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan
     melibatkan orang yang dijadikan terget untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana yang
     akan dilaksanakan.
4. Mengucapkan kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang yang mempengaruhi orang
     lain dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan.
5. Daya-tarik Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain atau 
     memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
6. Pertukaran (Exchage), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan memberikan 
     sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya
     mengikuti suatu permintaan tertentu.
7. Koalisi (coalition), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk 
     membujuk agar orang yang dijadikan target setuju.
8.  Tekanan (Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan 
      ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
9. Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan 
     menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah
     sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi.

Sumber :

http://skirpsitesisdisertasi.com/pengertian_pengendalian_manajemen

http://tugaskuliahku09.blogspot.co.id/2014/02/makalah-controlling-dalam-manajemen.html

http://cynthiakjh.blogspot.co.id/2013/11/kekuasaan-dan-pengaruh.html

http://nonvivit.blogspot.co.id/2013/10/definisi-kekuasaan-sumber-kekuasaan-dan.html

http://prismamika.blogspot.co.id/2012/04/084-5-sumber-kekuasaan.html

https://hestuningikrarini.wordpress.com/2014/12/02/definisi-controlling-dan-langkah-langkah-dalam-kontrol/

http://chorunnisawijayanti.blogspot.co.id/2013/11/kekuasaan-dan-pengaruh-dalam-manajemen.html

Senin, 02 November 2015

Pengorganisasian Struktur Manajemen dan Actuating dalam Manajemen

 A.    Pengorganisasian struktur manajemen

 

1.      Pengertian struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

2.      Jelaskan pengorganisasian sebagai fungsi dari manajemen yang meliputi struktur formal  dan informal!
a.       Organisasi formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikakan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
b.      Organisasi informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh: arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango ramai-ramai dengan teman, dan lain-lain.

3.      Jelaskan manfaat struktur fungsional dan struktur divisional!
Manfaat struktur fungsional:
- Mempergunaka sumberdaya khusus secara efisien
- Supervisi dapat dilakukan lebihh mudah
- Mengembangkan keahliann fungsional
- Mudah memobilisasi ketrampilan khusus
- Memelihara kendali terpusat atas keputusan strategis
- Berkaitan erat dengan strategi melalui kegiatan kunci sebagai unit terpisah

Manfaat struktur divisional:
- Perkerjaan keseluruhan lebih mudah dikoordinasikan prestasi kerja tinggi dapat  
  dipertahankan
- Keputusan lebih cepat
- Lebih mudah untuk menilai prestasi kerja
- Pengembangan dan strategi dekat dengan lingkungan
- Memberikan landasan pelatihan bagi para majer strategis
- Lebih terfokus pada produk, pasar dan tanggapan cepat terhadap perubahan
- Spesialisasi fungsional masih terpelihara pada masing-masaing divisi.

4.      Jelaskan kerugian dari struktur fungsional dan struktur divisional!
Kerugian Struktur Fungisional:
- Respon organisasi terhadap perubahan kondisi lingkungan lambat
- Koordinasi antar bagian atau fungsi tidak terlalu baik
- Inovasi terbatas
- Pandangan terhadap sasaran agak terbatas, anggota organisasi cenderung hanya
  memperhatikan
- Sulit untuk menentukan mana yang harus bertanggungjawab
- Sulit untuk menilai prestasi kerja
- Mengandung potensi yang kuat untuk terjadinya konflik antarfungsi

Kerugian struktur divisional:
- Menambah biaya karena adanya duplikasi karyawan, operasi, dan investasi
- Kompetisi disfungsional antardivisi bisa mengurangi kinerja perusahaan secara
  Keseluruhan
- Kesulitan dalam mempertahankan citra perusahaan
- Terlalu menekankan pada kinerja jangka pendek

5.      Kasus organisasi;

KONFLIK ISLAM MODERN DAN ISLAM TRADISIONAL DI INDONESIA

Dialektika Muhammadiyah dan NU dalam sejarah politik Islam di Indonesia, dapat dirunut, paling tidak, sejak lahir tahun 1930-an, melalui MIAI (Majelis Islam A,la Indonesia), sebuah federasi untuk membina kerja sama berbagai organisasi Islam. Kompetisi dan konstelasi kedua tradisi Islam ini, sepanjang Orde Lama dan Orde Baru, tampak dari rivalitas keduanya dalam Masyumi sepanjang tahun 1945-1952 dan di PPP sepanjang tahun 1973-1984, respon terhadap Demokrasi Terpimpin dan Nasakom, serta respons terhadap rezim Orba. Belum lagi persaingan dalam memperebutkan berbagai jabatan politik. Karena itu, dapat dimengerti bila persaingan ini pada akhirnya juga merambah bidang lain, termasuk pendekatan dalam mengembangkan civil society.
Antagonisme politik yang terjadi antara Islam modernis dengan pemerintah yang berlangsung sejak tahun 1960 (ketika Masyumi dipaksa membubarkan diri oleh Presiden Soekarno), membuat kalangan modernis mencoba mencari landasan teologis baru guna berpartisipasi dalam “develomentalisme” Orba. Tahun 1971, dalam Muktamar di Ujung Pandang, Muhammadiyah menyatakan tidak berafiliasi terhadap salah satu partai politik manapun. Hal ini hampir bersamaan dengan wacana yang dikembangkan generasi baru intelektual Islam, yang sejak dasawarsa 1970-an berusaha mengembangkan format politik baru yang lebih menekankan aspek substansial. Motivasi kalangan modernis agar bisa terakomodasi dalam proses pembangunan Orba seperti ini menyebabkan mereka mengembangkan civil society dengan pendekatan Hegelian, yang memiliki ciri (1) lebih menekankan fungsi komplementatif dan suplementatif. Dengan ciri seperti ini, sipil society berfungsi melaksanakan sebagian peran-peran negara. (2) Menekankan pentingnya kelas menengah. Tentu saja kelas menengah yang sedikit banyak bergantung kepada state. Karena sebagaimana lazimnya negara dunia ketiga yang sedang berkembang, state memegang peranan penting dalam seluruh sektor kehidupan.
Pendekatan Hegelian seperti diadopsi oleh Muhammadiyah ini, mendapat kritik tajam dari Alexis de Tocqueville. Ini disebabkan, karena dalam pemikiran Hegel, posisi negara dianggap sebagai standar terakhir. Seolah-olah, hanya pada dataran negara sajalah politik bisa berlangsung secara murni dan utuh, sehingga posisi dominan negara bermakna positif. Dengan demikian civil society akan kehilangan dimensi politik dan tergantung manipulasi dan intervensi negara. Pendekatan Tocquevellian yang diadopsi NU, menekankan fungsi civil society sebagai counter balancing terhadap negara, dengan melakukan penguatan organisasi-organisasi independen di masyarakat dan pencangkokkan civic culture untuk membangun budaya demokratis. Pendekatan Tocquevellian ini digunakan karena sepanjang dua dasawarsa awal Orba, NU tidak memperoleh tempat dalam proses-proses politik. Marginalisasi politik ini, disebabkan karena rezim Orba hanya mengakomodasi kelompok Islam yang mendukung modernisasi, dan itu didapat dari kalangan modernis yang sudah lebih dulu melakukan pembaruan pemikiran politik Islam. Selain itu, tentu saja, akibat rivalitas dengan kalangan modernis yang menjadi kelompok dominan di PPP. Dengan demikian, dapat dimengerti jika sejak muktamar 1984 di Situbondo, NU menyatakan kembali khitah 1926, dan mengundurkan diri dari politik praktis, yang secara otomatis menarik dukungan dari PPP.
Dengan motivasi seperti itu, maka sejak akhir dasawarsa 1980-an, aktivis NU banyak diarahkan pada penciptaan free public sphere, tempat dimana transaksi komunikasi bisa dilakukan warga masyarakat secara bebas dan terbuka. Upaya ini dilakukan dengan cara advokasi masyarakat kelas bawah, dan penguatan LSM. Mereka meyakini, civil society hanya bisa dibangun jika masyarakat memiliki kemandirian dalam arti seutuhnya, serta terhindar dari jaring intervensi dan kooptasi negara. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati kiprah NU sejak awal dasawarsa 1990-an. Ketika kalangan Islam modernis terakomodasi dlam state (ICMI), Gus Dur mendirikan forum demokrasi, dan aktivitas NU secara umum diarahkan untuk menciptakan ruang publik diluar state dengan banyak bergerak dalam LSM-LSM dan kelompok-kelompok studi. Inilah peran Gus Dur dan NU sebagai kekuatan penyeimbang dan berhadapan vis-à-vis negara. Mereka ini pada awalnya menjadikan Islam modernis yang terakomodasi dalam state sebagai lahan kritik (Hikam:1999). Bagi mereka, modernisme tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya sumber gagasan kemajuan dan dipuja sebagai dewa penyelamat bagi peradaban manusia. Karena modernisme itu sendiri terbukti tidak mampu memenuhi janji-janji kemajuannya. Bahkan, dalam beberapa hal, modernisme meninggalkan banyak petaka.

Cara Penyelesaian:
Menurut saya dalam berorganisasi jika ada permasalahan atau konflik yg menyangkut bagi masyarakat banyak hendaklah harus dengan pemikiran yg dingin, cari jalan keluar yang sesuai dengan kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi serta  jangan lupa tidak keluar dari kaidah - kaidah yg sudah ada dalam keorganisasian

Kesimpulan:
Konflik yang semakin mengental antara Islam modern (Muhammadiyah) dengan Islam tradisional (Nahdatul Umat) dengan puncak klimaksnya ketika K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai Presiden RI ke-4, maka emosi politikpun menyusup kedalam gerakan kultural kedua Ormas tersebut. Dimana sebenarnya perbedaan pemikiran kedua ormas itu tidaklah terlalu jauh, karena secara subtantif, kedua aktivis ormas terbesar itu mempunyai titik temu dalam aras mengusung wacana baru yang menyemangati transformasi, inklusivitas, dan progresivitas.

Sejarah membuktikan, perseteruan politik kerapkali meruntuhkan singgasana kultural yang mempunyai komitmen untuk membangun civil society. Hal tersebut dapat dilihat dari retaknya hubungan antara Gus Dur (tokoh NU) dan Amien Rais (Tokoh Muhammadiyah), karena keduanya sedang bertarung dalam domain politik yang implikasinya sangat besar terhadap bangunan kultural yang berkecambah dalam kedua ormas tersebut. Oleh karena itu, harapan besar berada diatas pundak aktivis muda NU dan Muhammadiyah untuk mewujudkan hubungan yang sinergis. Disinilah gerakan kultural dalam kedua ormas tersebut dipertaruhkan.



Sumber:
Afifuddin,M.M. (2012). Dasar-dasar Manajemen. Bandung: ALFABETA. Di akses pada  2 november 2015 dari: http://deaalliqafitri.blogspot.co.id/2013/11/tugas-5-manfaat-kerugian-struktur.html

Manulang, M. (2012). DASAR-DASAR MANAJEMEN. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Di akses pada 2 november 2015 dari: http://deaalliqafitri.blogspot.co.id/2013/11/tugas-5-manfaat-kerugian-struktur.html

Satrio, Putut. (2012). Contoh kasus konflik manajemen organisasiDiakses pada 2 november 2015 dari: http://puthutsatrio.blogspot.com/2012/04/contoh-kasus-konflik-manajemen.html

 

http://www.manajemenn.web.id/2011/08/pengertian-pengorganisasian.html


http://repastrepost.blogspot.co.id/2013/11/pengorganisasian-dalam-manajemen.html


 B. Actuating dalam manajemen

1.     Jelaskan pengertian actuating dalam manajemen!
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa “Actuating merupakan usaha menggerakan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.” Jadi actuating adalah usaha menggerakan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dengan benar.

2.      Jelaskan pentingnya actuating dalam manajemen!
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan non-manusia pada pelaksanaan tugas.Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, peran, keahlian, dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

3.      Jelaskan prinsip actuating dalam manajemen!
Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahan dalam melakukan actuating, yaitu :
a.    Prinsip mengarah pada tujuan àTujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan.artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
b.      Prinsip keharmonisan dengan tujuan à Orang-orang bekerja untuk dapat                               memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan   
      perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu.  
      Motivasi yang  baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya 
      dengan cara yang wajar.
c.     Prinsip kesatuan komando à Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk 
     menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan 
     hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya.
  
Sumber:
Covey, Stepehen. R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif) (edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto). Jakarta: Binarupa Aksara. Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html

Halim,Abduldkk.2003.Sistem Pengendalian Manajemen Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html

Jones, Gareth R. (1995). Organizational Theory : Text and Cases. Addison Wesley. Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html

Mulyono. (2008). Manajemen administrasi dan organisasi pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Di akses pada 2 november 2015 dari: http://www.rumahbelajar.web.id/pengertian-dan-fungsi-serta-peranan-actuating-penggerakan/
Stoner, James A.F. et alv. (1995). Managemen (6th Ed). Prentice Hall Inc: Englewood Cliffs. Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html